KOMPAS.com - Dalam industri mobile di Indonesia saat ini, penyedia layanan OTT (Over The Top) seperti Google, Facebook, Skype, Line, BBM, dan sejenisnya, mulai menggoyahkan posisi operator seluler sebagai penyedia layanan komunikasi real-time. Dengan berjalan di atas jaringan yang dimiliki oleh operator seluler, penyedia OTT mampu menyediakan layanan yang mirip dengan layanan operator seperti panggilan suara, video, dan messaging kepada pelanggan.
Sebuah laporan yang dipublikasikan oleh Informa Telecoms & Media, mengungkap bahwa trafik instant messaging seperti WhatsApp melampaui trafik SMS. Lembaga ini menyebutkan, sepanjang tahun 2012 sebanyak 19,1 milyar pesan per hari dikirimkan menggunakan aplikasi instant messaging, dan angka ini melampaui jumlah pesan SMS (17,6 milyar) yang dikirimkan per hari.
Meskipun posisi operator sebagai penyedia utama layanan komunikasi real-time mulai terganggu oleh penyedia OTT, namun operator sesungguhnya memiliki posisi yang lebih kuat. Beberapa operator bahkan sudah mulai melirik layanan-layanan dari penyedia OTT untuk digabungkan ke dalam paket layanan mereka.
Operator sebetulnya mampu merebut kembali serta mengokohkan posisi sebagai penyedia layanan komunikasi real-time yang sejatinya adalah milik mereka, pada saat ini juga. Pada dasarnya, pasar mobile adalah pasar yang sangat matang, di mana paraprovider OTT saling mempelajari & sering kali saling meniru layanan satu sama lainnya, dan kemudian membuat layanan tersebut menjadi lebih unggul dari kompetitor.
Dengan menggunakan Telecoms Intelligence yang tepat dan lengkap, operator seluler akan mampu menyediakan layanan suara, messaging, serta panggilan video yang dapat menyaingi layanan yang disediakan oleh penyedia OTT - contohnya Whatsapp, Line, BBM, dan Skype. Tidak hanya sekedar menandingi, operator juga bisa mengukuhkan kembali posisi mereka sebagai penyedia utama layanan komunikasi real-time.
Nantinya, layanan dari operator seluler akan memiliki fitur yang serupa dengan yang ditawarkan oleh penyedia OTT, tetapi dengan fungsionalitas serta kinerja yang lebih baik. Tidak jarang, untuk dapat melangkah lebih jauh, operator seluler bekerja sama dengan penyedia OTT atau bahkan mengakuisisinya.
Di masa yang akan datang, ketika operator seluler menghadapi persaingan langsung dengan penyedia OTT, operator mampu menjadi lebih unggul dalam menjaga kualitas layanan/Quality of Service (QoS) dibandingkan dengan penyedia OTT karena operator memiliki akses dan kendali penuh terhadap jaringannya sendiri. Meskipun akses layanan OTT tidak dikenakan biaya, atau setidaknya gratis di awal dan penguna hanya perlu mendaftar saja, namun kualitas layanan komunikasi yang disediakan oleh penyedia OTT masih sangat bergantung terhadap ketersediaan bandwith dan kekuatan sinyal dari jaringan 3G atau Wi-Fi yang diterima oleh perangkat pengguna.
Terlebih lagi dalam hal keamanan data, operator seluler terikat oleh hukum di Indonesia yang mengatur tentang kewajiban operator dalam menjaga kerahasian data pelanggan. Ini menjadi jawaban untuk para pengguna layanan aplikasi pihak ketiga yang sering khawatir akan keamanan dan kerahasiaan data mereka, karena pengembang aplikasi atau penyedia layanan pihak ketiga tidak terikat hukum atau kewajiban untuk menjaga keamanan data pengguna.
Seiring dengan beralihnya operator seluler ke arah infrastuktur berbasis IP yang mendukung 3G dan 4G (LTE), jaringan yang ada menjadi semakin pintar dan memudahkan operator untuk memelajari segala hal yang berhubungan dengan pelanggan (demografis, tingkah laku, kebiasaan, jenis/tipe perangkat yang digunakan, dan intelegensi berbasis lokasi). Dengan memanfaatkan data-data ini, operator seluler memiliki keuntungan untuk dapat menyediakan layanan value-added services yang sesuai dengan keinginan dan gaya hidup para pelanggan mereka.
Data-data yang didapat oleh operator adalah aset yang sangat berharga, karena jika operator berhasil memahami tingkah laku dan kebiasaan penggunanya, maka akan muncul banyak peluang baru. Tidak hanya itu, operator juga dapat memelajari layanan yang dimiliki oleh penyedia OTT, menciptakan inovasi yang dapat menandingi layanan tersebut serta merebut pangsa pasar mereka dengan terobosan layanan yang lebih menarik.
Dengan memanfaatkan layanan Telecoms Intelligence seperti yang ditawarkan oleh Tektronix Communications, penyelenggara layanan telekomunikasi mampu menawarkan layanan baru yang inovatif untuk meningkatkan pendapatan mereka. Dengan ini, operator tidak hanya akan mampu memenuhi keinginan penggunanya yang selama ini hanya dimiliki oleh provider OTT, tetapi juga mampu menyediakan layanan yang lebih aman dan tanpa gangguan, berfungsi baik selama roaming dan tidak menimbulkan frustasi karena kurangnya interoperabilitas, yang hasilnya adalah kepuasan pelanggan yang lebih tinggi sehingga mereka bersedia membayar untuk layanan yang lebih baik.
Dengan diperbaikinya layanan, operator akan mulai melihat sebuah model bisnis baru, dan menyadari langkah-langkah yang harus diambil untuk berkembang tanpa harus mengubah seluruh model bisnis mereka. Jika provider OTT telah menciptakan layanan yang kaya akan fitur dan membuat penggunanya terpuaskan dari segi pengalaman pengguna - dan penyelenggara layanan seluler mengontrol jaringannya untuk memastikan kualitas dari layanan yang diberikan, roaming yang mulus, dan kepuasan pelanggan dari segi teknologi, coba bayangkan tingkat pelayanan yang akan didapat apabila dua pihak tersebut bergabung menjadi satu.
Di tahun 2014 dan tahun-tahun yang akan datang, pasar akan melihat terjadinya berbagai merger dan akusisi yang dilakukan oleh operator seluler terhadap penyedia OTT. Tujuan yang hendak dicapai oleh operator adalah untuk dapat meningkatkan pangsa pasar mereka. Berbagai fakta terkait beserta solusi-solusi untuk persoalan ini, telah diungkap oleh data penelitian yang terdapat dalam 2013 TIP report.
Kesimpulannya, kunci sukses bagi operator seluler untuk dapat merebut kembali posisi mereka sebagai penyedia utama layanan komunikasi real-time terletak pada kemauan mereka untuk menggali serta memanfaatkan data yang mereka miliki, dengan cara yang sederhana namun efektif. Kemudian, hal tersebut bisa mereka manfaatkan menjadi sumber pengetahuan dalam menyediakan layanan yang mampu menarik pelanggan dan dapat memenuhi kebutuhan mereka.
Niscaya operator akan mampu meningkatkan Return of Investment (RoI) dari strategi-strategi big data mereka, mengalihfungsikan data jaringan yang saat ini digunakan untuk monitor dan jaminan kinerja, ke dalam fungsi-fungsi baru seperti pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan lahan pendapatan baru, ARPU yang lebih tinggi, serta meningkatkan loyalitas pelanggan. Inilah yang kami sebut dengan ‘data enablement’ dan hal ini menjadi sarana penting untuk memenangkan persaingan di ranah OTT; pendekatan berbasis data telah menjadi senjata andalan yang baru dan sangat strategis.
*Tentang Penulis: Viraj Pradhan, Sales Director Asia Tenggara, Tektronix Communications
Viraj Pradhan adalah seorang veteran yang sudah berkecimpung di industri Ekeltronik dan Telekomunikasi selama 24 tahun. Dalam 17 tahun karirnya, dia bekerja di Tektronix Communications untuk wilayah Asia Pasifik.
Editor: Aditya Panji
Terima kasih telah membaca artikel tentang OTT juga Bisa Untungkan Operator Seluler di blog Fwo Glegs jika anda ingin menyebar luaskan artikel ini di mohon untuk mencantumkan link sebagai Sumbernya, dan bila artikel ini bermanfaat silakan bookmark halaman ini diwebbroswer anda, dengan cara menekan Ctrl + D pada tombol keyboard anda.